Selasa, 10 April 2012

Seluruh Perbuatan Allah Adalah Baik

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: ...Kebaikan itu seluruhnya ada di Tangan-Mu, keburukan itu tidak disandarkan kepada-Mu... [HR. Muslim dan Abu ‘Awanah, Abu Daud serta An-Nasai. Juga Ibnu Hibban, Ahmad, Asy-Syafi’i, dan Ath-Thabrani. Lihat: Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani]. 

Berkata Syaikh Al Albani rahimahullah menerangkan hadits di atas: keburukan itu tidak dinisbahkan kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya tidak ada keburukan pun dalam perbuatan Allah Ta’ala. Bahkan seluruh perbuatan Allah adalah baik. Karena semuanya berkisar diantara keadilan, keutamaan, dan hikmah. Dan Dia adalah baik, tidak ada keburukan pada-Nya. Sedangkan keburukan itu dikatakan buruk ketika terputus hubungan dan penyandarannya dari Allah Ta’ala.


Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah: Allah adalah pencipta semua kebaikan dan keburukan. Jadi, keburukan itu ada pada sebagian makhluk-Nya, bukan pada penciptaan dan perbuatan-Nya. Oleh sebab inilah Allah Maha Suci dari sifat zalim, yang pada hakikatnya adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Maka Allah itu meletakkan sesuatu pada tempat yang sesuai, dan itu adalah kebaikan semuanya. Adapun keburukan adalah meletakan sesuatu tidak pada tempatnya. Maka apabila Allah meletakkan sesuatu pada tempatnya, itu bukanlah keburukan. Sehingga diketahuilah bahwa keburukan itu tidak ada pada Allah. Dan mustahil keburukan itu ada dan menjadi sifat-Nya…. (Kata beliau): Kalau Anda katakan: Lantas untuk apa Allah menciptakan sesuatu padahal itu adalah keburukan? Beliau menjawab: Penciptaan itu milik Allah. Dan perbuatan-Nya adalah kebaikan bukan keburukan. Karena sesungguhnya penciptaan dan perbuatan itu ada pada Allah. Sedangkan keburukan mustahil ada pada Allah dan menjadi sifat-Nya. Adapun keburukan yang ada pada makhluk, maka itu disebabkan tidak disandarkan atau dinisbahkan hal itu kepada-Nya. Sementara penciptaan dan perbuatan itu disandarkan kepada Allah, sehingga merupakan kebaikan.


Berkata Muhammad bin Ibrahim: Walaupun sebagian iradah kauniyah (baca: takdir) tidak dicintai oleh Allah, namun terkadang ada kebaikan yang diinginkan di baliknya. Misalnya, penciptaan iblis dan seluruh keburukan. Tujuannya adalah memunculkan banyak kebaikan, seperti taubat dan istighfar setelah terjatuh dalam godaan iblis, serta berjuang melawan godaannya.


Berkata Ibnu ’Utsaimin rahimahullah: Oleh karena itu, bentuk kerusakan yang terjadi, baik di daratan maupun di lautan, mengandung hikmah. Pada asalnya, kerusakan tersebut adalah sesuatu yang buruk. Namun, ia memiliki hikmah yang sangat besar. Dengan demikian adanya hikmah tersebut menyebabkan takdir ”munculnya kerusakan” menjadi sesuatu yang baik. Demikian halnya kemaksiatan dan kekufuran. Hal tersebut merupakan takdir dari Allah. Namun, keduanya memiliki hikmah yang sungguh besar. Andai tidak terjadi kemaksiatan dan kekufuran, syariat Islam tidak akan terwujud. Jika saja tidak muncul kemaksiatan dan kekufuran, penciptaan manusia akan menjadi sia-sia.