Jumat, 23 Agustus 2019

Apa Makna Hidup Manusia Di Muka Bumi?

Ada yang bilang perjuangan manusia sepanjang sejarah adalah perjuangan kelas antara pemilik  modal yang menguasai alat produksi dan kelas pekerja yang tidak menguasai alat produksi. Kalau ditelisik pandangan ini terlalu reduksionis yaitu terlalu menyederhanakan permasalahan sehingga muncul pertanyaan apakah teori ini bisa diberlakukan secara umum atau hanya pada kasus tertentu saja. Karena kita bisa melihat tidak semua pemilik modal ingin mengekspoitasi para pekerjanya secara egoistik tetapi kalau dilihat pada peran dan resiko yang mungkin diterimanya tentulah pemilik modal memang pantas memperoleh bagian yang sepadan dengan pengorbanan yang telah dilakukannya. Teori komunisme kalau dilihat sejarahnya muncul sebagai reaksi atas praktek sistem kapitalis yang tidak manusiawi, para pekerja pada waktu itu benar-benar dipandang sebagai robot, mereka mesti bekerja selama 20 jam sehingga hilanglah sisi kemanusiaannya, mereka teralienasi pada hasil karyanya sendiri yang telah dirampas oleh pemilik modal. Karena itu, salah satu satu capaian di abad belakangan ini adalah ketika tercapai kesepakatan mengenai jam kerja yang lebih manusiawi dimana dalam waktu 24 jam, sepertiganya digunakan untuk bekerja sementara dua pertiganya lagi digunakan untuk istirahat dan rekreasi. Coba bandingakan dengan masa awal kapitalisme dimana para pekerja harus menghabiskan hampir semua waktunya untuk perusahaan tempat mereka bekerja. Selain itu, mulai ada kriteria mengenai penghasilan yang layak bagi kemanusiaan sehingga pemilik modal mempunyai kewajiban untuk ikut mensejahterakan para pekerja yaitu dengan cara pembagian keuntungan yang adil bagi kemanusian.

Sebagian lagi bilang pertentangan manusia sepanjang masa adalah pertentangan gender yang menempatkan posisi perempuan di bawah laki-laki, ada peminggiran peran perempuan ke wilayah domestik sehingga laki-laki mendominasi perannya di wilayah publik. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa hal ini terjadi hampir di semua kebudayaan? Inti teori gender sebenarnya terletak pada isu biologis tubuh perempuan yang begitu jelas berbeda bila dibandingan dengan laki-laki. Perbedaan itu diantaranya bahwa perempuan mengalami haid setiap bulannya, hamil, nifas, menyusui, bahkan mereka juga mengalami menopause ketika sudah mencapai usia tertentu. Keadaan ini bukan hanya mempengaruhi perempuan secara fisik tetapi juga secara mental. Coba perhatikan perempuan ketika mereka mengalami haid tentu mereka mengalami emosi yang tidak stabil bila dibandingkan ketika mereka tidak sedang mengalaminya. Perbedaan biologis ini tentu saja mempengaruhi peran perempuan dibanding laki-laki karena peran-peran yang terkait dengan kondisi biologis yang dialami perempuan tidak bisa ditukar kepada laki-laki

Sementara itu agama menerangkan bahwa makna hidup manusia di muka bumi adalah pertentangan abadi antara kaum beriman dan kaum kafir, antara kaum yang jujur dan kaum yang pendusta. Diterangkan bahwa makna tertinggi hidup manusia di muka bumi adalah untuk beriman dan beramal saleh yaitu untuk beribadah kepada Allah yang telah menciptakan manusia berikut alam semesta untuk tujuan ini. Dunia sebagai ladang bagi akhirat, sebagai tempat manusia menanam sebelum memanennya di hari akhirat kelak. Ini adalah hikmah penciptaan yang mana manusia diciptakan untuk itu. Jadi, penciptaan manusia bukan sia-sia dan tanpa tujuan, akan tetapi semua perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan. Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, begitupun sebaliknya. Melalui perbandingan agama yang mana setiap agama menganggap hanya agamanya saja yang betul tentu saja tidak mungkin semuanya betul. Apakah mungkin ketika ada beberapa agama yang mana masing-masing menganggap agamanya lah yang benar dan ditemukan pula adanya pertentangan yang tidak bisa dikompromikan kemudian disimpulkan semuanya benar? Apabila tidak, maka dapat disimpulkan bahwa ada yang benar dan ada yang dusta, ada yang tahu dan ada yang mengaku-mengaku tahu padahal tidak tahu

Yang lainnya lagi bilang bahwa intinya adalah teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kelompok ini mencela agama yang menurutnya perdebatannya hanya di tataran abstrak yang tidak menghasilkan manfaat yang nyata. Menurut kelompok ini kita tidak perlu membahas perdebatan agama, karena sekarang sudah masanya manusia pergi ke bulan. Ini adalah kekeliruan dan tipu daya yang ingin menjauhkan manusia dari agama dengan kedok kemajuan teknologi. Padahal siapakah yang mengharuskan agar kita mempertentangan antara agama dengan teknologi? Apakah kita harus memposisikan keduanya pada posisi yang saling berlawanan? Teknologi itu terkait dengan aspek material sedangkan agama hubungannya dengan aspek spiritual. Bukankah kita sering mendengar bahwa pembangunan harus berimbang antara material dan spiritual, lalu mengapa harus menghilangkan salah satunya? Selain itu, perbandingan agama kalau memang bertujuan untuk mencari ilmu pengetahuan, bukankah hal itu untuk mencerdaskan manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kepuasan batiniyah? Bukankah ketika ada penipu media akan menjadikannya sebagai informasi utama yang menjadi perbincangan orang-orang? Lalu mengapa kita mesti diam saja ketika ada penipuan berkedok agama?

Sebagian lagi bilang bahwa intinya adalah kesenangan. Kelompok hedonisme berpendapat makna terpenting dari hidup manusia adalah kesenangan yang dipandang sebagai kebenaran sehingga tidak perlu dibatasi oleh moral yang berasal dari agama. Inipun tidak sesuai dengan kenyataannya karena yang namanya agama akan sesuai dengan tabiat manusia atau default manusia dalam penciptaan aslinya. Lagipula yang namanya moral itu kaitannya dengan hati nurani, sekalipun manusia tergoda dengan hawa nafsunya tentu suara hatinya akan mengatakan yang sebenarnya. Dengan begitu dapat dikatakan penganut hedonisme yang mencari kesenangan dengan mengabaikan agama berarti telah tertipu oleh perbuatannya sendiri. Kalau kesenangan dipandang sebagai penentu kebenaran, lalu mengapa ketika diikuti tanpa batas justru menghasilkan mudarat? Bukankah yang namanya kebenaran akan menghasilkan maslahat? Justru dengan melihat dampak negatif yang ditimbulkannya, kita sudah bisa membedakan perbuatan baik dengan perbuatan buruk. Suatu pohon dikenal dari buahnya. Pohon kurma akan menghasilkan buah kurma, pohon anggur akan menghasilkan buah anggur. Tidak mungkin kita tanam buah kurma malah buahnya anggur atau kita tanam buah anggur malah buahnya kurma. Begitupun dengan kebaikan dan keburukan. Kalau kita tanam kebaikan maka hasilnya pun kebaikan sebagaimana kalau kita tanam keburukan maka hasilnya pun keburukan