Jumat, 21 Februari 2020

Syarhu Al-Mandhumah Al-Baiquniyah

Tulisan ini dibuat sebagai ringkasan dari kitab Syarhu Al-Mandhumah Al-Baiquniyah yang diltulis oleh Abul Harits Muhammad bin Ibrahim Al-Jazairi yang membahas tentang asas-asas ilmu hadits. Kitab ini tergolong penting untuk dipelajari, sebab dengan ilmu tersebut kita bisa mengetahui keadaan suatu hadits. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menulis semua isi dari kitab ini, melainkan menggarisbawahi apa yang memotivasi saya membaca kembali kitab ini yang telah saya baca beberapa tahun silam, yaitu saat saya dikagetkan dengan artikel yang dimuat di website anti Islam yang menyerang Islam dengan membawakan hadits tentang tenggelamnya matahari di lumpur hitam. Kegalauan saya semakin menjadi-jadi ketika saya tidak menemukan penjelasan yang memadai dalam menjawab syubhat tersebut, karena tidak ada satupun website berbahasa Indonesia yang membahasnya kecuali dari golongan anti Islam yang membahasnya untuk menyudutkan agama Islam ini. Alhamdulillah, dengan berbagai upaya saya terus menggalinya hingga saya pun akhirnya menemukan artikel yang membahasnya dari cara pandang Islam dalam bahasa Arab dan Inggris, itupun dengan ketersediaan yang sangat terbatas. Didorong bahwa pembahasan semacam ini masih sangat terbatas terutama di internet, maka saya berencana pula -Insya Allah- pada kesempatan yang akan datang membahasnya satu persatu subhat-syubhat yang dilontarkan oleh golongan anti Islam.

Hadits shahih lidzatih yaitu hadits yang bersambung sanadnya dengan penukilan perawi yang 'adl dan dhabith dari yang semisalnya sampai akhir sanad tersebut serta hadits tersebut bukan hadits yang syadz dan bukan hadits yang mu'allal

Inilah yang ingin saya tunjukan di sini bahwa hadits yang dimuat di website anti Islam tentang matahari tenggelam dalam lumpur hitam memang diriwayatkan oleh Abu Daud dan dinyatakan shahihul isnad oleh Al-Albani dan Al-Arnauth. Coba perhatikan 'shahihul isnad' yang berarti bahwa hadits tersebut memang shahih dari segi sanadnya. Padahal bila diperhatikan definisi hadits shahih seperti penjelasan di atas, kita ketahui bahwa syarat shahih bukan hanya dari segi sanadnya saja, tetapi juga matannya yaitu apakah hadits tersebut tergolong syadz, mu'allal, mudraj, dst ... ataukah tidak. Sepanjang pengetahuan saya, Syaikh Al-Albani dan Syaikh Al-Arnauth baru menelitinya dari segi sanad, belum membahasnya dari segi matan. Padahal kalau dilihat dari segi matannya maka memang ada masalah dalam matannya yaitu ada seorang perawi yang menyendiri dalam membawa lafadz yang tidak ada dalam jalur riwayat yang lainnya sehingga periwayatannya adalah periwayatan yang syadz, dan yang benar adalah periwayatan jama'ah.

Apakah keshahihan atau kedhaifan sanad itu melazimkan keshahihan atau kedhaifan matan? Jawab: tidak mengharuskan hal itu, karena sanad itu terkadang dhaif namun matannya warid dari jalan lain yang shahih atau hasan atau dhaif yang ringan kedhaifannya, sehingga terangkat kedudukannya. Terkadang juga sanadnya shahih akan tetapi matannya syadz atau mu’allal

Penjelasan ini memperkuat lagi argumen saya di atas, dan memang beginilah kenyataannya bahwa shahihul isnad belum tentu shahihul matan berdasarkan penjelasan yang telah diutarakan tersebut. Inilah yang tidak diketahui oleh golongan anti Islam, apalagi orang di luar Islam yang tidak mempunyai tradisi dalam meneliti suatu berita. Sayang sekali apabila mereka berhenti menggali pengetahuan ini kemudian mencukupkan diri dengan menyatakan bahwa mereka telah berhasil menemukan kontradiksi dalam ajaran Islam, padahal kenyataanya seperti yang pembaca telah ketahui tidaklah demikian. Bahkan pembaca telah mengetahui sendiri bahwa argumen mereka yang didasarkan pada ketidakmampuan mereka melihat permasalahan secara lebih cermat telah patah dan tidak bisa digunakan lagi.


Kamis, 20 Februari 2020

Kutipan Kata-Kata

pendidikan memudahkan manusia dibimbing, mudah dikemudikan, mudah diperintah, tetapi tidak mungkin dijajah

keuntungan orang yang terdidik ialah bahwa ia mampu berpikir tertib dan teratur, serta tidak membiarkan diri ditundukan oleh kesukaran-kesukaran

kemerdekaan nasional bukan pencapaian akhir, tetapi rakyat bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya

alasan yang paling bisa diterima kenapa kita berkarya adalah untuk kebebasan, bukan uang

yakinlah akan suara hati dan intuisi kalian, karena mereka sudah tahu apa yang kalian cita-citakan

teman sejati adalah orang yang dapat melihat kebaikan yang ada pada dirimu dengan mudahnya ketika kamu mencoba untuk menemukannya

mata tidak pernah berbohong, kamu bisa membuat kebohongan dengan mulutmu, tetapi matamu selalu menunjukan kebenaran tentangmu

orang yang peduli denganmu tidak bisa menunjukan alasan mengapa ia peduli denganmu

orang yang peduli denganmu akan mengeluh kalau kamu tidak menyapanya, karena dia peduli dan tidak mau sesuatu terjadi padamu

orang yang peduli denganmu selalu mencari tahu semua tentang dirimu layaknya seorang detektif

orang yang peduli denganmu akan lebih cenderung memilih berbohong demi kebaikan, daripada berkata jujur tetapi mengecewakanmu

orang yang peduli denganmu sedikit banyaknya akan menceritakan tentangmu kepada teman-temannya, maka tidak heran bila teman-temannya tahu namamu

orang yang peduli denganmu akan rela melepaskanmu pergi bila bersamanya kamu tidak bahagia ... walaupun terasa berat


Senin, 10 Februari 2020

Analisis Isi

Saya ingin mendeklarasikan bahwa saya telah selesai dengan diri saya sendiri. Tak ada yang mengganjal saat ini kecuali saya belum mulai membaca kitab Bulughul Maram yang membahas tentang tema Fiqih Islam. Apabila saya telah membacanya mungkin saya akan lebih tenang dan insya Allah saya akan menulis ringkasannya di blog ini seperti yang sudah-sudah. Saya tahu pengetahuan itu seperti air di lautan. Kalaupun saya gunakan semua waktu saya untuk menggalinya tentu tidak akan pernah habis. Karena itu, saya yakin ada cara yang tepat untuk menggali dan memahaminya secara sistematis. Jadi kita tidak mungkin mengenal semua realitas, bukan saja karena hal itu tidak mungkin, tetapi juga tidak semuanya perlu diketahui. Kita mengetahui sesuai kebutuhan. Seperti biasa, dalam menganalisis isi tulisan, saya pun tidak perlu membahas satu persatu. Bisa jadi saya melakukan satu analisis sisi, dan itu bisa mewakili tema-tema lain yang semakna dengannya.

Baik, sebagai orang yang beragama Islam, saya bukan hanya telah mempelajari perbandingan agama tetapi juga perbandingan aliran yang ada di dalam agama-agama. Jadi inilah yang ingin saya coba bahas ditambah lagi pemikiran-pemikiran yang tidak bisa digolongkan ke dalam agama maupun aliran agama seperti ateisme, agnostisme, tidak beragama, maupun kepercayaan-kepercayaan lain. Dalam membahasnya saya tidak tertarik untuk membahasnya satu persatu, saya menggunakan pendekatan sistematis untuk membedahnya. Sebagai contoh saya tidak membahas satu persatu kepercayaan yang ada di pedalaman Afrika maupun Amerika, cukup dengan melihat dalam satu tema "kepercayaan" dan metodologinya maka secara otomatis saya telah membahas semua kepercayaan itu tanpa membahasnya satu persatu.

Pembahasan pertama, saya memperoleh tulisan dari internet:

Born, dead, and reborn. Isn’t that the nature of this universe? We are recycled from what existed before. Human chronological age might say I probably have another 50 years of life before death. It’s not death that I’m afraid of, but being clueless about what I have to do with those years before. What differs living from dying is the illusion of having a life

Pembahasan: Secara kasat mata kita bisa mengetahui manusia memang dilahirkan kemudian mati, lalu darimana orang bisa tahu apa yang akan terjadi setelah kematian kalau bukan dari agama? Bisakah manusia mengetahuinya dari pikirannya sendiri? Bukankah bila menggunakan pikiran itu hanyalah menduga-duga dan meraba-raba mengenai sesuatu yang tidak pasti? Baik, kita kerucutkan dengan bilang bahwa mau tidak mau, manusia perlu agama untuk menjawab apa yang akan terjadi setelah manusia mengalami kematian, dan ternyata agama-agama yang ada mempunyai penjelasan yang berbeda-beda dalam hal ini. Jadi yang menjadi pertanyaan dalam tulisan itu adalah bagaimana penulisnya bisa mengetahui bahwa setelah manusia mengalami kematian mereka akan dilahirkan kembali? Lalu dilahirkan kembali seperti dalam konsep agama Hindu-Buddha atau agama Kristen-Islam?

Pembahasan kedua, tentang tulisan berikut ini:

They might as well say things like “We all have our own problem. You should feel grateful for there are others less fortunate than you”. Are you insane? How dare you people comparing one life to another, assuming one is more blessed than the other? Am I supposed to feel better knowing there are other people who experience worse than I do? I know I’m stupid, but not enough to be fooled like that. That kind of view might work for people who feels happy seeing others unhappy.

Pembahasan: Membaca ini saya teringat dengan sebuah hadits yang menganjurkan orang agar selalu bersyukur yaitu dengan melihat ke bawah bukan melihat ke atas. Dengan melihat ke bawah orang akan lebih menghargai anugerah yang telah diterimanya. Lain halnya bila orang melihat ke atas maka ia akan membandingkan anugerah yang dimilikinya dengan yang lebih besar sehingga ia akan menganggap anugerah yang dimilikinya menjadi kecil sehinggal hal itu bisa menghalanginya untuk bersyukur. Kita mengenal adanya pelapisan sosial di masyarakat yang menunjukan ada tingkatan di antara orang-orang. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Dalam Islam, semua yang manusia miliki merupakan anugerah dari Allah. Anugerah tersebut bukan ada dengan sendirinya akan tetapi diatur dan ditetapkan oleh Allah sebagai ujian bagi manusia mana diantara mereka yang lebih baik perbuatannya, apakah ia gunakan untuk kebaikan ataukah digunakan untuk kejahatan maka masing-masing dari pilihan itu ada akibat-akibatnya. Jadi jelas dalam Islam semua anugerah adalah ujian, bukan pertanda pemuliaan. Nilai manusia bukan diukur dari anugerah yang dimilikinya -sebab anugerah itu hanyalah ujian- akan tetapi ketakwaannya. Bukan kaya atau miskin yang membuat manusia menjadi mulia melainkan ketakwaannya.

Pembahasan ketiga, mengenai tulisan ini:

They refused to believe in religion when it is more than just metaphors or stories from the past taugh to guide human life ... lacking of proof was his justification … science was used to question things ... if we use science to find the truth it will just lead to another question

Pembahasan: Demikianlah penulisnya bercerita bahwa ia mempunyai dua teman yang mempunyai respon yang berbeda pada isu yang sama, yang satu menolak untuk percaya agama karena menurutnya masih kekurangan bukti, sementara yang lain meragukan kemampuan sains dalam menemukan kebenaran yang hanya akan membawa pada sikap kebimbangan karena tidak mampu menemukan jawaban yang dicari ... Untuk yang pertama itu perlu dirinci yaitu agama mana yang masih lemah dalam pembuktian? Apakah ia sudah mempelajari semua agama sehingga ia dapat menyimpulkan sedemikian itu? Kalaupun sudah meneliti semua agama maka seberapa akurat ia dalam menarik kesimpulan? ... Untuk yang kedua itupun perlu dirinci yaitu bidang mana dari hasil pencarian sains yang melahirkan polemik? Sebagaimana sains telah membuktikan bahwa bumi bulat, maka apakah dianggap bila ada polemik yang mengganggap bumi ini datar? Bila yang dimaksud kebenaran itu di bidang kebenaran agama, maka antara sains dan agama sama-sama berargumen pada fakta, karena itu orang harus bisa membuktikan pertentangan antara sains dengan agama untuk mengetahui mana diantara keduanya yang sesuai dengan fakta ... Kita tidak perlu bertanya apakah sains bisa membuktikan keberadaan Allah karena penulisnya sendiri sudah menyatakan sikapnya I never doubted the Almighty and I believed entirely in the divine destiny yang menunjukan ia adalah seorang yang percaya dengan keberadaan Allah, bahkan ia pun percaya dengan takdir.



Minggu, 09 Februari 2020

Berat Badan Normal

Halo pembaca yang setia, bagaimana kabarmu? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan aman ya ... Pada kesempatan kali ini kita mencoba membahas mengenai berat badan normal menurut standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kita tahu bahwa untuk menjaga kesehatan, salah satunya adalah dengan memperhatikan berat badan normal, yaitu keadaan berat badan yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Dengan berat badan normal diharapkan bisa menjaga kebugaran tubuh sehingga dapat menunjang prestasi dan mutu hidup yang meningkat. Pasti penasaran ya apa yang kita bahas ini ... Baiklah supaya tidak bertanya-tanya langsung saja kita tunjukan bagaimana kriteria WHO untuk mengukur kegemukan dan obesitas berikut ini:

1. Ukurlah berat badan dan tinggi badan kita

2. Hitunglah indeks massa tubuh (IMT) dengan menggunakan rumus:
    
              Berat Badan
    IMT = ---------------------- 
              (Tinggi Badan) ²

3. Perlu diperhatikan mengenai satuannya yaitu (kg) untuk berat badan dan (m) untuk tinggi badan

4. Terakhir yaitu melihat kategori setelah diperoleh nilai IMT


Kategori
IMT
Kurus
< 18.5
Normal
18.5 – 24.9
Kegemukan
25.0 – 29.9
Obesitas tingkat I
30.0 – 34.9
Obesitas tingkat II
35.0 – 39.9
Obesitas tingkat III
>40


Bila kamu menganggap perhitungan yang disarankan WHO di atas cukup rumit, kita mempunyai cara lain yang lebih sederhana untuk mengukur berat badan normal yaitu dengan mengurangi tinggi badan (cm) dengan angka 110. Misalnya tinggi badanmu 170 cm, maka berat badan idealmu (kg) adalah 170 - 110 = 60 kg. Bagaimana, apakah sudah mencoba? Mudah bukan? Apakah tubuhmu tergolong gemuk ataukah kurus? Tidak usah khawatir bila tubuhmu terlalu kurus atau terlalu gemuk, kamu bisa membuat program latihannya kok agar berat badanmu menjadi normal ... Selamat mencoba