Minggu, 18 November 2012

Metodologi

Keyakinan merupakan bagian dari pengetahuan karena pengetahuan dibenarkan melalui keyakinan. Keyakinan yang benar juga harus didasarkan pengetahuan yang benar pula. Sebagaimana apabila manusia sakit, mereka akan pergi ke dokter dan meminum obat yang berasal dari resep dokter atas dasar keyakinan dan pengetahuan bahwa dokter yang mereka kunjungi tidak akan meracuni mereka. Sebab orang yang berakal tidak akan berkonsultasi dengan dokter yang diketahui sebagai penipu dan bahkan hendak meracuni mereka.

Validitas sebuah berita atau kesaksian ditentukan oleh adanya supervisi dan otoritasi yang jelas. Sebab tanpa adanya kedua kriteria tersebut, berita yang valid tidak dapat dibedakan lagi dengan berita yang tidak valid. Dengan adanya kedua kriteria tersebut pula berita yang valid dapat dibedakan dengan berita yang tidak valid.


Metode ilmiah untuk menghasilkan ilmu pengetahuan ilmiah ada tiga yaitu pemberitaan atau kesaksian dari seorang atau kelompok orang yang terpercaya, pengalaman inderawi, dan akal.


Sikap-sikap ilmiah diantaranya menggunakan akal sehat, pernyataan berdasarkan fakta, bebas dari kontradiksi, menuntut bukti-bukti yang meyakinkan sebelum menerima kebenaran dari setiap proposisi, dan bebas dari prasangka spekulatif. Beberapa hal yang dapat menghalangi orang untuk bersikap obyektif diantaranya spekulasi yang tidak didasari bukti dan interpretasi yang benar, stereotipe dan over generalisasi, dan analogi yang menyesatkan.


Dalam suatu hubungan sebab akibat atau kausalitas, suatu sebab tidak selamanya akan menghasilkan akibat yang sama dalam berbagai situasi dan kondisi. Hal ini berarti suatu akibat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai sebab, termasuk sebab yang pada kasus yang unik mengalami anomali.


Menurut cara pandang interpretasi, hakikat suatu gejala ditentukan oleh bagaimana cara orang menafsirkan atau memberi makna terhadap suatu gejala. Sedangkan menurut cara pandang empiris, hakikat dari suatu gejala ditentukan oleh apa yang bisa ditangkap oleh pengalaman inderawi. Adapun pada suatu yang bersifat mendasar dan obyektif, hakikat suatu gejala hanya ada satu, tidak berbilang, dan tidak berubah-ubah.


Berdasarkan polanya, pemikiran sesat berkisar pada analogi yang menyesatkan dan generalisasi yang menyesatkan. Oleh karena itu, untuk membuktikan kebenaran suatu pernyataan dilakukan uji validitas yaitu validitas deduktif diuji melalui konsistensi sedangkan validitas induktif diuji melalui fakta.


Pembuatan kesimpulan menggunakan metode deduksi yang bersumber dari akal dilakukan melalui analogi. Adapun pembuatan kesimpulan menggunakan metode induksi yang bersumber dari pengalaman inderawi dilakukan melalui generalisasi. Pengujian validitas dapat dilakukan secara abstrak maupun secara konkret. Secara abstrak, validitas suatu pernyataan dapat diuji melalui konsistensi. Suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dan terbebas dari kontradiksi. Secara konkret, validitas suatu pernyataan dapat diuji melalui fakta. Suatu pernyataan adalah benar apabila bersesuaian dengan fakta empiris. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah salah apabila bertentangan dengan realitas atau kenyataan.