Sabtu, 28 November 2020

Paradigma Dalam Memahami Kejahatan

Menurut paradigma positivis, kejahatan adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan standar nilai yang diterima oleh mayoritas anggota masyarakat 

Menurut paradigma interaksionis, kejahatan adalah suatu respons yang dibuat oleh suatu pihak terhadap perbuatan orang lain, bukan sesuatu yang melekat pada perbuatan itu sendiri 

Menurut paradigma kritis, kejahatan adalah perbuatan yang mengancam kepentingan kelompok yang berkuasa, yaitu kepentingan untuk mempertahankan posisi sebagai penguasa 

Menurut paradigma konstitutif, kejahatan adalah perbuatan menempatkan orang lain sebagai obyek dominasi, bersumber dari relasi kekuasaan yang tidak setara, bagaimana kejahatan dibangun melalui wacana sehingga bersifat politis dan subyektif 

Selain menyatakan kejahatan sebagai hasil produksi, pemikiran pos modern mengajukan penjelasan tentang relasi kuasa terhadap ilmu pengetahuan, yaitu bagaimana kelompok dominan melalui pengaruhnya menetapkan kriteria ilmu pengetahuan


Sabtu, 18 April 2020

Perbandingan Agama

Tulisan ini terinspirasi dari buku karya Karen Armstrong yang menelaah konsep Tuhan dan agama yang dipahami berbagai umat manusia. Bukunya berisi perbandingan dan analisis sejarah dari ribuan tahun yang lalu. Ketika saya membaca sebuah buku, saya biasa mencatat hal-hal yang dianggap penting di kertas atau menulisnya di media sosial seperti Facebook dan Twitter. Tujuan dari pencatatan itu agar saya bisa terus mengingatnya sehingga bila sewaktu-waktu saya membutuhkannya sebagai bahan penelitian, saya bisa dengan mudah menemukannya kembali. Selain itu, ada sebuah hadis nabi yang menyarankan kita untuk menjaga ilmu yaitu dengan cara mencatatnya. Dari catatan itulah tulisan ini disusun. Saya  memposisikan buku karya Karen Armstrong ini sebagai bahan referensi, dalam arti diambil hal-hal yang dianggap sudah tepat tanpa meninggalkan cara kritis dalam memahaminya. Saya sendiri bukan pengikutnya, berbeda dengannya yang barangkali berpaham agnostis, saya adalah seorang muslim

Tulisan ini dimulai dengan menyatakan agama dunia dalam artian yang menyebar di wilayah yang cukup luas  dan  berpengaruh terhadap peradaban dunia ada lima: Hindu, Buddha, Yahudi, Kristen, dan Islam. Dua yang pertama berasal dari anak benua India, sedangkan tiga yang terakhir berasal dari Timur Tengah. Secara geografis agama-agama dunia tersebut semuanya berasal dari benua Asia. Perkembangan agama Buddha hampir mirip dengan Kristen yang menyebar bukan di wilayah tempat kelahirannya. Kristen lahir di Timur Tengah tetapi Eropa menjadi pusat penyebarannya, begitu pun Buddha yang muncul pertama kali di India tetapi berkembang di Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Indocina, dan Asia Timur. Adapun Islam dan Hindu masih mengakar kuat di tempat kelahirannya hingga kini yaitu Islam di Timur Tengah dan Hindu di India

Agama Hindu disebut-sebut sebagai agama tertua di bumi, dibawa oleh orang Arya dari Persia ketika mereka datang ke lembah Indus sehingga orang barat menyebutnya Hindu. Sementara penganutnya sendiri menyebutnya Dharma sebelum orang barat menamainya Hindu. Kitab Weda tidak berupaya untuk menjelaskan asal usul kehidupan melainkan membantu manusia mencapai realitas tertinggi. Seperti Buddha, agama Hindu mengajukan konsep tentang karma, suatu paham yang mengajarkan bahwa nasib seseorang bergantung pada perbuatannya sendiri. Setelah mengalami kematian, manusia akan terlahir kembali ke dunia sesuai dengan karmanya sendiri. Tujuan tertinggi dalam agama Hindu yaitu moksha, suatu keadaan dimana manusia tidak lagi mengalami rangkaian kelahiran kembali sehingga telah mencapai kesadaran tertinggi melalui serangkaian latihan spiritual seperti yoga. Seperti Kristen, agama Hindu mempunyai konsep inkarnasi, yaitu menitisnya Tuhan dalam wujud manusia yang disebut avatar. Tidak seperti agama-agama lain, agama Hindu tidak diketahui tokoh pendirinya. Karena dalam agama Hindu terdapat banyak aliran dalam menerangkan konsep tentang Tuhan, kita tidak bisa melakukan generalisasi hanya dengan berpegang pada satu tafsiran eksklusif dalam memahami agama ini. Sebagian aliran Hindu menyatakan Tuhan mempunyai sifat sebagaimana manusia, sementara aliran Hindu yang lain menyatakan hal yang berbeda

Agama Buddha yang dibawa oleh Siddharta Gautama dibangun di atas pemahaman bahwa hidup adalah penderitaan, dia menyebutnya dukkha. Agama ini bisa dibilang tidak ada hubungannya dengan Tuhan, melainkan sebuah jalan untuk mencapai pencerahan yang terjadi secara alami. Tujuan dari agama ini bukanlah surga atau neraka, nirvana lah yang dianggap sebagai realitas tertinggi yang dapat dicapai melalui cara hidup dan meditasi yang benar. Agama ini muncul di India yang pada waktu itu berlatar Hindu sehingga mempunyai kemiripan pemahaman tentang karma dan reinkarnasi. Menurut agama ini, orang yang telah mencapai nirvana akan terbebas dari siklus kelahiran kembali dan menjadi diri yang seutuhnya. Ketika orang dapat terbebas dari dosa maka ketika itulah ia mencapai nirvana sehingga ia tidak mengalami siklus kelahiran kembali yang tak berujung. Siddharta sendiri tidak bilang dirinya telah mendapat wahyu dari Tuhan sebagaimana yang dialami nabi Muhammad, dia hanya bilang dirinya telah mengalami pengalaman pencerahan kemudian dia ajarkan kepada murid-muridnya. Konsepsinya tentang Tuhan dengan begitu berasal dari persepsinya sendiri, meskipun sebagian penganutnya akan menganggap persepsi itu dilhamkan oleh Tuhan. Agama ini tidak terlalu banyak membahas tentang Tuhan yang digambarkan sebagai Tuhan yang diam dan tidak berbicara

Agama Yahudi diklaim oleh pemeluknya sebagai agama yang diwahyukan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Karena itu, konsep tentang Tuhan adalah sebagaimana Tuhan telah memperkenalkan dirinya kepada manusia melalui wahyu yang disampaikan melalui para utusan, bukan dari hasil persepsi manusia tentang Tuhan. Dalam perjalanan umat Yahudi ada dinamika praktek keagamaan yang dipengaruhi oleh umat lain yang ada di sekeliling umat Yahudi. Tidak jarang umat Yahudi berada di bawah kekuasaan kaum Goyim sehingga mereka terpengaruh untuk menyembah Tuhan kaum Goyim tersebut. Hal ini karena di waktu lampau, agama bukan persoalan pribadi. Sebagian penguasa Goyim ada yang memaksakan warganya untuk menyembah tuhan-tuhan mereka, meskipun ada diantara penguasa itu yang menjamin kebebasan beragama. Karena itu, senantiasa muncul nabi baru mengingatkan umat Yahudi akan penyimpangan mereka, bahwa berkuasanya kaum Goyim atas mereka adalah disebabkan oleh dosa-dosa mereka sendiri yang telah melanggar perjanjian dengan Tuhan. Para nabi mengingatkan bahwa Tuhan menggunakan kaum Goyim untuk menghukum umat Yahudi yang telah menyimpang mengikuti tuhan-tuhan kaum Goyim tersebut. Berbeda dengan Hindu-Buddha dimana pengalaman tentang Tuhan bisa dicapai melalui latihan-latihan spiritual, nabi-nabi kaum Yahudi mendapat pengalaman tentang Tuhan bukan dari keinginan mereka sendiri, Tuhanlah yang telah memilih mereka untuk mengemban misi kenabian. Selain itu, Tuhan umat Yahudi adalah Tuhan yang berbicara dan terlibat dalam urusan-urusan manusia

Agama Kristen berpusat pada pandangan tentang trinitas, inkarnasi, penebusan dosa, kehidupan setelah kematian, dan predestinasi. Konsep inkarnasi dalam agama Kristen dimulai dari anggapan bahwa Tuhan mengenalkan dirinya kepada umat manusia dengan cara menjelma ke dalam diri Yesus. Bahwa Tuhan itu satu tetapi pribadinya tiga, keyakinan ini disebut trinitarian. Konsep ini mirip dengan trimurti yang ada pada agama Hindu, hanya saja oknumnya berbeda. Umat Kristen percaya bahwa Yesus telah wafat di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Ini berbeda dengan keyakinan Islam yang menyatakan bukan Yesus yang wafat di kayu salib, tetapi pribadi yang lain. Kristen maupun Islam mempunyai konsep yang hampir mirip dalam hal menjelaskan adanya kehidupan setelah kematian dan pemahaman tentang takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan, meskipun ada perbedaan di dalam perinciannya. Kaum reformis Kristen menaruh perhatian pada pembahasan takdir. Pembahasan predestinasi ini menunjukan bahwa perdebatan tentang takdir tidak hanya terjadi dalam Islam tetapi juga Kristen. Kaum Protestan mengajarkan bahwa Tuhan mempunyai hak mutlak dalam menentukan penyelamatan manusia. Penyelamatan manusia bukan ditentukan oleh perbuatan baik yang dilakukan manusia selama di dunia, tetapi karena rahmat Tuhan yang telah menetapkannya sebagai kebaikan. Menurut Protestan dan Islam, Tuhan sudah menentukan sejak semula siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang akan masuk neraka. Ini berbeda dengan pemahaman Katolik yang menyatakan Tuhan hanya menakdirkan keselamatan bagi manusia. Konsepsi tentang takdir ini tidak ada dalam ajaran Hindu. Diterangkan dalam ajaran Hindu bahwa nasib manusia ditentukan oleh karmanya sendiri, bukan ditentukan oleh otoritas lain

Agama Islam muncul di tengah-tengah bangsa Arab yang sudah mengakui keberadaan Allah sehingga misi nabi Muhammad pada waktu itu bukan untuk membuktikan keberadaan Allah kepada kaum Quraisy. Persoalannya bukan kaum Quraisy mengingkari keberadaan Allah tetapi kaum Quraisy tidak memikirkan konsekuensi dari kepercayaan mereka akan keberadaan Allah, yaitu mereka menyembah ilah-ilah lain dengan anggapan dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka menjadikan ilah-ilah itu sebagai perantara kepada Allah. Kaum Quraisy pada waktu itu menyembah tiga ilah yaitu Lata, Uzza, dan Manat yang masing-masing berada di Thaif, Nakhlah, dan Qudaid dan ketiganya dianggap sebagai anak perempuan Allah. Mereka sama sekali tidak menganggap ketiganya sebagai rabb yang telah menciptakan, menguasai, dan mengatur, akan tetapi sebagai ilah yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka sendiri mengakui bahwa yang telah menciptakan, menguasai, dan mengatur adalah Allah. Dengan demikian, mereka menganggap ketiganya tidak setara dengan Allah, akan tetapi sebagai perantara yang bisa memohon kepada Allah atas nama manusia. Diterangkan bahwa agama semua nabi adalah satu dan berasal dari sumber yang sama. Syariat nabi bisa berbeda-beda sesuai dengan keadaan umatnya, tetapi akidah mereka satu. Generasi-generasi berikutnya telah merusak agama murni ini, dengan menambahkan atau mengurangi ajaran asli yang dibawa generasi pertamanya sehingga Allah mengirimkan nabi-nabi untuk meluruskan jalan mereka. Dalam hal teologi, Islam mempunyai tauhid sebagaimana Kristen dan Hindu mempunyai tritunggal dan trimurti

Sebagaimana penjelasan di atas bahwa terdapat dua konsep tentang Tuhan yang diterangkan agama yaitu personal dan impersonal. Tuhan personal adalah Tuhan yang mempunyai sifat sebagaimana manusia seperti melihat, mendengar, berbicara, yaitu Tuhan yang terlibat aktif dalam urusan-urusan manusia, yang menginginkan manusia agar mewujudkan kehendak Tuhan di bumi sebagaimana yang diterangkan dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Sedangkan agama Hindu dan Buddha menerangkan konsep Tuhan impersonal yaitu Tuhan yang diam dan tak dapat diketahui. Konsepsi tentang Tuhan personal menjadi tema kritik bagi orang-orang yang tidak mengakuinya, yaitu ketika Tuhan dianggap telah gagal dalam mencegah terjadinya peperangan diantara manusia, penyakit, bencana alam, dan kejahatan. Dalam hal ini Tuhan yang mempunyai kekuasaan mutlak atas segenap makhluk ciptaan dianggap telah membiarkan terjadinya penderitaan yang dialami oleh manusia di bumi. Demikian pula konsepsi tentang Tuhan impersonal dipandang sebagai pemahaman yang sia-sia karena tidak ada perbedaan antara mempercayainya maupun menolaknya, sebab tidak ada konsekuensi apapun dari kedua sikap tersebut. Baik manusia mempercayainya atau tidak, Tuhan impersonal tidak akan mengadili mereka dan memasukan mereka ke dalam surga atau neraka, melainkan secara alami mereka akan mengalami siklus kelahiran kembali atau bila tidak demikian mereka akan mencapai nirvana atau moksha

Ada perbedaan yang cukup penting konsep tentang Tuhan antara filsafat dan agama. Tuhan filsafat bisa ditemukan oleh akal, sedangkan Tuhan agama hanya memperkenalkan diri melalui wahyu. Tuhan filsafat tidak diketahui mempunyai sifat-sifat sebagaimana manusia, karena yang dapat diketahui filsafat hanya fakta tentang keberadaan Tuhan, tidak lebih dari itu. Filsafat mengakui ada penggerak yang tidak digerakan atau penyebab yang tidak disebabkan, tetapi filsafat tidak mampu menjawab pertanyaan tentang sifat Tuhan, apakah Tuhan terlibat dalam urusan-urusan manusia, mengapa Tuhan menciptakan manusia, dan apakah Tuhan bisa dilihat oleh manusia di dunia ini. Pandangan spekulatif tentang sifat Tuhan yang ditawarkan filsafat selalu mendapat kritik dari agama yang menyatakan sifat Tuhan tidak mungkin diketahui kecuali melalui wahyu. Upaya atribusi terhadap Tuhan dipandang sebagai proyeksi dari pikiran manusia itu sendiri sehingga tidak otoritatif, sebab Tuhan tidak terikat oleh standar dan harapan manusia. Mayoritas filosof sama sekali tidak menaruh keraguan akan keberadaan Tuhan. Yang menjadi persoalan, akal manusia tanpa bantuan wahyu hanya mampu memahami Tuhan dengan cara yang sangat terbatas. Tuhan filsafat adalah Tuhan yang tidak berbicara, tidak campur tangan dalam kehidupan manusia, dan tidak mengadili di hari kiamat. Selanjutnya, permasalahan utama yang dihadapi filosof adalah sikap skeptis terhadap argumen rasional yang tidak bisa diverifikasi oleh indera, yaitu bagaimana orang bisa membuktikan bahwa argumen rasionalnya bukanlah imajinasi semata? Bagaimana orang bisa memastikan bahwa seorang yang mengaku nabi memang benar telah mendapat inspirasi ilahi? Hal ini mengingat pengakuan seperti ini bisa mengandung klaim yang salah sebagaimana yang dilakukan oleh nabi-nabi palsu. Sebagian filosof mengingkari adanya mukjizat dengan menganggapnya sebagai dongeng umat terdahulu, kendati kisah-kisah tentang mukjizat itu tertulis dalam kitab suci

Mistisisme menekankan pada pengalaman tentang Tuhan yang diperoleh melalui disiplin dan latihan-latihan tertentu agar bisa mengalami kehadiran Tuhan. Mistisisme masuk ke dalam penganut agama teistik, seperti Kabbalah, Monastik, dan Sufisme dalam penganut Yahudi, Kristen, dan Islam. Kendati dalam Kristen, mistisisme tidak pernah menjadi arus utama. Menurut aliran ini, pengalaman tentang Tuhan bisa dicapai oleh setiap orang melalui penyucian diri. Ini tampak mirip dengan meditasi dan yoga dalam ajaran Buddha dan Hindu. Karena itu, aliran ini dianggap bukan dari ajaran asli agama Yahudi, Kristen, dan Islam, akan tetapi unsur asing yang masuk ke dalamnya. Kaum sufi, misalnya, berharap bisa merasakan pengalaman yang sama seperti yang dialami nabi Muhammad ketika menerima wahyu. Meskipun mereka menganggap kedudukan wali di bawah kenabian, mereka percaya bahwa tingkatan wali merupakan tingkatan yang bisa diupayakan oleh setiap orang. Tetapi tampaknya pengertian tentang wali dalam sufisme mengalami percampuran dari berbagai mitologi sehingga ditemukan banyak aliran di dalamnya. Inilah mengapa kaum ulama menganggapnya sebagai bid'ah yang tidak autentik. Sufisme sendiri bisa dikatakan sebagai perpaduan antara agama timur dan Islam, ditemukan tokoh-tokoh pencetusnya berasal dari sekitar Iran dan Irak yang merupakan penghubung antara dunia timur dan dunia Islam. Kita pun menyaksikan dalam sejarah bahwa wilayah Irak merupakan tempat kelahiran paham-paham baru. Irak di Timur Tengah bisa disamakan dengan Jerman di Eropa, sebagai tempat yang melahirkan tokoh-tokoh yang melakukan pembaharuan dan melahirkan kontroversi. Bila filosof mendasarkan pengetahuan pada rasionalitas dan metafisika, kaum mistik mendasarkannya pada imajinasi dan mitologi

Kaum reformis berpandangan tidak ada pertentangan antara sains dan kitab suci, manusia bisa mengenal Tuhan dengan memahami cara kerja dan hukum alam. Tuhan memperkenalkan diri dengan cara yang sesuai dengan tingkatan dan daya cerna manusia sehingga Tuhan bisa dikenal oleh setiap orang. Kaum reformis muncul sebagai reaksi atas penafsiran yang ketat terhadap kitab suci sehingga menjadikannya sebagai kebenaran tunggal, yaitu ketika penemuan sains dianggap bertentangan dengan dogma Katolik. Ini adalah  titik balik yang dianggap sebagai benturan pertama antara sains dan agama dan mulai memunculkan kelompok yang meragukan agama dan Tuhan. Dari sini pula mulai teridentifikasi dua pendekatan dalam menafsirkan kitab suci, yaitu literal yang memahami kitab suci secara tekstual, maupun metafora yang memahami kitab suci secara kontekstual. Mulai ada pembahasan tentang hubungan antara penjelasan teologis, metafisis, dan positivis yaitu apakah ketiganya saling melengkapi ataukah saling bertolak belakang. Berkaitan dengan kosmologi, misalnya, orang mulai menyelidiki sejauh mana penjelasan sains tentang susunan alam sejalan dengan penjelasan kitab suci. Benturan antara sains dan tafsiran agama di Eropa memunculkan sekelompok orang yang berpaling dari Tuhan dan agama serta melahirkan paham materialis, yaitu paham yang menganggap satu-satunya realitas adalah materi. Paham ini bukan hanya menolak konsepsi tentang Tuhan, surga, dan neraka, tetapi juga menolak segala sesuatu yang melampau batas materi seperti jin, malaikat, dan sihir. Paham materialis dipengaruhi oleh paham empiris yang pada waktu itu dianggap sebagai perkembangan mutakhir dari metode ilmiah. Paham materialis tidak mempercayai realitas yang berada di luar jangkauan indera

Ateisme bermula dari ketidakpedulian terhadap Tuhan. Awal mula ateisme di Barat didahului oleh sikap yang menganggap tidak ada gunanya mempercayai Tuhan impersonal yang tidak pernah campur tangan dalam urusan-urusan manusia, yaitu tidak ada salahnya orang mau percaya atau tidak kepada Tuhan. Namun sikap ini kemudian berkembang menjadi pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan ketika orang tidak lagi yakin bahwa perenungan terhadap alam memberikan bukti yang cukup tentang keberadaan Tuhan. Inilah yang membedakan antara kaum teis dan ateis ketika diajukan dalil yang sama, keduanya mempunyai sikap yang berbeda. Kaum teis menganggap dalil-dalil tentang keberadaan Tuhan sebagai bukti yang memadai. Sementara kaum ateis tidak merasa puas dan menganggap bukti itu belum cukup meyakinkan. Bibit-bibit ateisme yang lain yaitu ketika orang tidak bisa menerima ketetapan Tuhan personal yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di bumi, yaitu bagaimana menjelaskan kekacauan dan kejahatan yang semua itu terjadi di bawah kekuasaan Tuhan. Kaum ateis menyatakan manusia menciptakan gagasan tentang Tuhan untuk menjelaskan sesuatu yang tidak diketahui tentang alam dan untuk menghibur diri mereka dari tragedi kehidupan. Ateisme di Barat merambah ke dalam bidang ilmu pengetahuan oleh tokoh-tokoh seperti Charles Darwin, Sigmund Freud, Auguste Comte, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche. Peristiwa ini bukan hanya telah menimbulkan keraguan dan kecamuk di dalam batin orang Barat, tetapi juga membuat mereka tersesat di bumi dan menjadikannya hidup tanpa tujuan. Ketika Nietzche menolak keberadaan Tuhan dan doktrin penciptaan, ia mengajukan penjelasan tentang kebangkitan dan kelahiran kembali yang tiada henti, sebagai ganti penjelasan tentang Tuhan yang sudah mati. Pemahaman ini menyiratkan tidak adanya hari kiamat, dunia sebagai pusat kehidupan memiliki sifat keabadian. Setelah manusia mati, ia akan dilahirkan kembali ke dunia, bukan ke surga atau ke neraka

Upaya membuktikan keberadaan Tuhan dengan menggunakan sains mendapat kritikan dari kaum agama yang menganggap sains hanya bisa menjelaskan alam fisikal semata. Kaum agama menyatakan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Tuhan. Membuktikan keberadaan Tuhan dengan menggunakan sains sama halnya menyamakan Tuhan dengan fakta alam lainnya. Kitab suci dan mukjizat diturunkan sebagai cara yang paling efektif bagi manusia untuk menemukan Tuhan. Kaum agama menganggap upaya membuktikan keberadaan Tuhan secara rasional maupun empiris tidak ada manfaatnya karena iman kepada Tuhan berasal dari pemahaman langsung yang tidak ada kaitannya dengan logika dan fakta. Berbeda dengan Tuhan filsafat yang jauh, kaum agama menerangkan Tuhan yang dekat, yang telah memperkenalkan diri melalui wahyu. Kaum  agama menyatakan konsepsi tentang Tuhan yang diterangkan kitab suci merupakan satu-satunya konsepsi otoritatif karena berasal dari wahyu dan bukan buatan manusia


Rabu, 18 Maret 2020

Tips Hidup Sehat dan Teratur

Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi manusia. Sebagaimana kata pepatah kesehatan bukanlah segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya tidak akan berarti apa-apa. Saking berharganya kesehatan nabi pun mengingatkan bahwa nikmat sehat kerap dilupakan oleh manusia. Bisa dibilang kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar. Untuk dapat mencapai keadaan sehat, kita melakukanya dengan dua pendekatan, yaitu pencegahan sebelum terjadinya sakit maupun pengobatan setelah terjadinya sakit

Kali ini kita mencoba membahas kesehatan dari sisi pencegahannya, yaitu dengan cara-cara sederhana yang mana manusia kerap meremehkannya. Padahal cara-cara yang sederhana ini dikumpulkan melalui penelitian yang panjang oleh ahli kesehatan dunia dan tentunya telah terbukti dapat mencegah orang dari sakit. Banyak orang menganggap bahwa untuk menjaga kesehatan perlu upaya-upaya yang rumit. Setelah mengumpulkan keterangan dari para ahli ternyata menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan cara-cara yang mudah, sehingga tidak ada alasan lagi bagi orang yang mempunyai komitmen terhadap kesehatan tidak mampu melakukannya

Sebagaimana kata pepatah pula, sederhana adalah tanda dari pengetahuan. Artinya, kita dianggap belum mengetahui sesuatu sebelum kita mampu menerangkannya secara sederhana, sehingga sering dikatakan orang yang ahli itu, mereka mampu menyederhanakan persoalan yang rumit ke dalam penjelasan yang sederhana. Jadi kalau kita mendapati orang dengan penjelasan yang sulit dimengerti maka kita bisa menilai bahwa orang tersebut belum memahami apa yang dikatakannya

Untuk menjaga kesehatan kita hanya perlu memperhatikan lima faktor yaitu olahraga, pola makan, pola istirahat, kebiasaan buruk, dan ancaman penyakit. Yang pertama olahraga yaitu gerak jasmani yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Apakah hanya sekedar jalan kaki menuju masjid atau menertibkan tempat tidur, maka gerak jasmani seperti ini ada manfaatnya bagi kesehatan. Bukan hanya sebagai relaksasi bagi otot-otot dan peredaran darah, jalan kaki mampu menenangkan pikiran. Hal lain yang bisa kita lakukan yaitu peregangan di pagi hari saat udara masih terasa segar

Yang kedua adalah pola makan. Ahli kesehatan menganjurkan makan pagi itu paling penting karena waktu pagi merupakan waktu kita memulai kegiatan sehingga mesti lengkap memenuhi gizi yang cukup. Hal lain yang mesti diperhatikan yaitu hindari terlalu sering mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung pengawet atau gula seperti makanan cepat saji atau minuman berkarbonasi. Bila sesekali tidak mengapa, tetapi bila terlalu sering bahkan setiap hari maka itulah yang berbahaya. Di sisi lain, ahli kesehatan menyarankan meminum air putih yang cukup sehingga memperlancar metabolisme tubuh dan hindari minuman yang dingin atau es

Yang ketiga, pola istirahat. Menurut teori yang telah diterima secara luas, manusia membutuhkan waktu tidur sekitar 7 jam dalam sehari semalam. Tidur sebentar di siang hari pun dikatakan bermanfaat bagi kebugaran tubuh. Selain itu, hindari bergadang di malam hari karena beberapa pengamatan menunjukan bergadang di malam hari mempunyai korelasi dengan berbagai penyakit akibat dari melemahnya kekebalan tubuh

Yang keempat, kebiasaan buruk yang mempunyai andil dalam menyebabkan timbulnya penyakit seperti merokok, jarang mandi, dan makan berlebihan. Kebiasaan-kebiasaan buruk ini bila dihindari insya Allah bisa membuat tubuh sehat dan terbebas dari berbagai penyakit. Mandi selain dapat menjaga suhu tubuh dan menghilangkan kuman-kuman penyakit, juga dapat menenangkan pikiran. Adapun makan berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan diabetes

Yang kelima, ancaman penyakit, terutama akibat serangan dari bibit-bibit penyakit yang berasal dari luar tubuh seperti virus, bakteri, dan mikroba lainnya. Yang diperlukan dalam hal ini adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah masuknya antigen tersebut ke dalam tubuh, seperti sering mencuci tangan menggunakan sabun, memilih toilet jongkok, dan selalu memakai masker di tempat-tempat umum yang rentan


Rabu, 11 Maret 2020

Membaca Kepribadian Psikopat

Sebelum kita mengenal apa itu kepribadian psikopat, saya kira kita perlu terlebih dahulu memahami bahwa psikopat itu hanyalah label, apalah artinya sebuah label, DSM sendiri berubah ubah, yang terbaru DSM V. Yang terpenting kita tahu bahwa  di dunia ini ada orang berbahaya dan mereka itu mungkin saja berkeliaran di sekitar kita. Apakah mereka itu psikopat atau tidak sebetulnya tidak begitu penting, mereka itu berbahaya dan kemungkinan melanggar hukum, tentu kita perlu memperlakukan orang seperti ini secara spesial karena ia tidak sama dengan orang pada umumnya

Dalam agama tidak ada istilah psikopat, mungkin istilah yang mendekati yaitu kemunafikan. Ciri utama dari psikopat adalah kebohongan, dimana seorang menampilkan dirinya sebagai orang baik tetapi di belakang mengatur rencana jahat sehingga psikopat itu bisa dibilang orang yang menyembunyikan rencana jahat. Bila kita bertemu dengan orang psikopat bisa jadi ia akan terlihat biasa-biasa saja, tetapi siapa yang akan menyangka bahwa dibalik penampilan yang meyakinkan itu, ia menyusun rencana jahat kepada kita

Bagaimana seorang menjadi psikopat bisa ditelusuri dari pengalaman masa lalunya, seperti pola asuh dari orang tuanya. Ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam hubungannya dengan orang lain, yaitu kebutuhan akan cinta, mungkin ia dikelilingi oleh orang-orang yang tidak tulus sehingga ia belajar untuk tidak peduli dengan orang lain, atau mungkin ia pernah diperlakukan tidak baik, sebagaimana hasil temuan yang mengungkapkan bahwa korban kejahatan cenderung menjadi pelaku kejahatan pula di kemudian hari sebagai hasil belajar dari lingkungannya

Mengapa orang berbuat jahat ada banyak faktor, apakah genetik yang hanya menyumbang 10 persen, atau lingkungan yang menyumbang 90 persen. Yang jelas pelaku tidak menunjukan gejala bahagia, ada pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalunya yang membuatnya mempunyai kemampuan yang payah dalam berempati dan memaknai situasi 

Aliran genetik menganggap psikopat itu bawaan dari lahir, mereka punya susunan otak yang berbeda dari orang normal. Sedangkan aliran sosial menganggap psikopat berasal dari pengaruh lingkungan yaitu bagaimana ia belajar jahat dari lingkungannya. Apapun itu manusia punya pilihan, karena pilihan itulah manusia bisa digolongkan sebagai orang baik atau orang jahat. Pada akhirnya kita akan menyimpulkan bahwa terserah apakah orang mempunyai niat jahat atau tidak, yang terpenting adalah bagaimana caranya supaya orang tidak bisa berbuat jahat sehingga tidak merugikan orang lain, yaitu dengan cara mengendalikan kesempatan


Jumat, 21 Februari 2020

Syarhu Al-Mandhumah Al-Baiquniyah

Tulisan ini dibuat sebagai ringkasan dari kitab Syarhu Al-Mandhumah Al-Baiquniyah yang diltulis oleh Abul Harits Muhammad bin Ibrahim Al-Jazairi yang membahas tentang asas-asas ilmu hadits. Kitab ini tergolong penting untuk dipelajari, sebab dengan ilmu tersebut kita bisa mengetahui keadaan suatu hadits. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menulis semua isi dari kitab ini, melainkan menggarisbawahi apa yang memotivasi saya membaca kembali kitab ini yang telah saya baca beberapa tahun silam, yaitu saat saya dikagetkan dengan artikel yang dimuat di website anti Islam yang menyerang Islam dengan membawakan hadits tentang tenggelamnya matahari di lumpur hitam. Kegalauan saya semakin menjadi-jadi ketika saya tidak menemukan penjelasan yang memadai dalam menjawab syubhat tersebut, karena tidak ada satupun website berbahasa Indonesia yang membahasnya kecuali dari golongan anti Islam yang membahasnya untuk menyudutkan agama Islam ini. Alhamdulillah, dengan berbagai upaya saya terus menggalinya hingga saya pun akhirnya menemukan artikel yang membahasnya dari cara pandang Islam dalam bahasa Arab dan Inggris, itupun dengan ketersediaan yang sangat terbatas. Didorong bahwa pembahasan semacam ini masih sangat terbatas terutama di internet, maka saya berencana pula -Insya Allah- pada kesempatan yang akan datang membahasnya satu persatu subhat-syubhat yang dilontarkan oleh golongan anti Islam.

Hadits shahih lidzatih yaitu hadits yang bersambung sanadnya dengan penukilan perawi yang 'adl dan dhabith dari yang semisalnya sampai akhir sanad tersebut serta hadits tersebut bukan hadits yang syadz dan bukan hadits yang mu'allal

Inilah yang ingin saya tunjukan di sini bahwa hadits yang dimuat di website anti Islam tentang matahari tenggelam dalam lumpur hitam memang diriwayatkan oleh Abu Daud dan dinyatakan shahihul isnad oleh Al-Albani dan Al-Arnauth. Coba perhatikan 'shahihul isnad' yang berarti bahwa hadits tersebut memang shahih dari segi sanadnya. Padahal bila diperhatikan definisi hadits shahih seperti penjelasan di atas, kita ketahui bahwa syarat shahih bukan hanya dari segi sanadnya saja, tetapi juga matannya yaitu apakah hadits tersebut tergolong syadz, mu'allal, mudraj, dst ... ataukah tidak. Sepanjang pengetahuan saya, Syaikh Al-Albani dan Syaikh Al-Arnauth baru menelitinya dari segi sanad, belum membahasnya dari segi matan. Padahal kalau dilihat dari segi matannya maka memang ada masalah dalam matannya yaitu ada seorang perawi yang menyendiri dalam membawa lafadz yang tidak ada dalam jalur riwayat yang lainnya sehingga periwayatannya adalah periwayatan yang syadz, dan yang benar adalah periwayatan jama'ah.

Apakah keshahihan atau kedhaifan sanad itu melazimkan keshahihan atau kedhaifan matan? Jawab: tidak mengharuskan hal itu, karena sanad itu terkadang dhaif namun matannya warid dari jalan lain yang shahih atau hasan atau dhaif yang ringan kedhaifannya, sehingga terangkat kedudukannya. Terkadang juga sanadnya shahih akan tetapi matannya syadz atau mu’allal

Penjelasan ini memperkuat lagi argumen saya di atas, dan memang beginilah kenyataannya bahwa shahihul isnad belum tentu shahihul matan berdasarkan penjelasan yang telah diutarakan tersebut. Inilah yang tidak diketahui oleh golongan anti Islam, apalagi orang di luar Islam yang tidak mempunyai tradisi dalam meneliti suatu berita. Sayang sekali apabila mereka berhenti menggali pengetahuan ini kemudian mencukupkan diri dengan menyatakan bahwa mereka telah berhasil menemukan kontradiksi dalam ajaran Islam, padahal kenyataanya seperti yang pembaca telah ketahui tidaklah demikian. Bahkan pembaca telah mengetahui sendiri bahwa argumen mereka yang didasarkan pada ketidakmampuan mereka melihat permasalahan secara lebih cermat telah patah dan tidak bisa digunakan lagi.


Kamis, 20 Februari 2020

Kutipan Kata-Kata

pendidikan memudahkan manusia dibimbing, mudah dikemudikan, mudah diperintah, tetapi tidak mungkin dijajah

keuntungan orang yang terdidik ialah bahwa ia mampu berpikir tertib dan teratur, serta tidak membiarkan diri ditundukan oleh kesukaran-kesukaran

kemerdekaan nasional bukan pencapaian akhir, tetapi rakyat bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya

alasan yang paling bisa diterima kenapa kita berkarya adalah untuk kebebasan, bukan uang

yakinlah akan suara hati dan intuisi kalian, karena mereka sudah tahu apa yang kalian cita-citakan

teman sejati adalah orang yang dapat melihat kebaikan yang ada pada dirimu dengan mudahnya ketika kamu mencoba untuk menemukannya

mata tidak pernah berbohong, kamu bisa membuat kebohongan dengan mulutmu, tetapi matamu selalu menunjukan kebenaran tentangmu

orang yang peduli denganmu tidak bisa menunjukan alasan mengapa ia peduli denganmu

orang yang peduli denganmu akan mengeluh kalau kamu tidak menyapanya, karena dia peduli dan tidak mau sesuatu terjadi padamu

orang yang peduli denganmu selalu mencari tahu semua tentang dirimu layaknya seorang detektif

orang yang peduli denganmu akan lebih cenderung memilih berbohong demi kebaikan, daripada berkata jujur tetapi mengecewakanmu

orang yang peduli denganmu sedikit banyaknya akan menceritakan tentangmu kepada teman-temannya, maka tidak heran bila teman-temannya tahu namamu

orang yang peduli denganmu akan rela melepaskanmu pergi bila bersamanya kamu tidak bahagia ... walaupun terasa berat


Senin, 10 Februari 2020

Analisis Isi

Saya ingin mendeklarasikan bahwa saya telah selesai dengan diri saya sendiri. Tak ada yang mengganjal saat ini kecuali saya belum mulai membaca kitab Bulughul Maram yang membahas tentang tema Fiqih Islam. Apabila saya telah membacanya mungkin saya akan lebih tenang dan insya Allah saya akan menulis ringkasannya di blog ini seperti yang sudah-sudah. Saya tahu pengetahuan itu seperti air di lautan. Kalaupun saya gunakan semua waktu saya untuk menggalinya tentu tidak akan pernah habis. Karena itu, saya yakin ada cara yang tepat untuk menggali dan memahaminya secara sistematis. Jadi kita tidak mungkin mengenal semua realitas, bukan saja karena hal itu tidak mungkin, tetapi juga tidak semuanya perlu diketahui. Kita mengetahui sesuai kebutuhan. Seperti biasa, dalam menganalisis isi tulisan, saya pun tidak perlu membahas satu persatu. Bisa jadi saya melakukan satu analisis sisi, dan itu bisa mewakili tema-tema lain yang semakna dengannya.

Baik, sebagai orang yang beragama Islam, saya bukan hanya telah mempelajari perbandingan agama tetapi juga perbandingan aliran yang ada di dalam agama-agama. Jadi inilah yang ingin saya coba bahas ditambah lagi pemikiran-pemikiran yang tidak bisa digolongkan ke dalam agama maupun aliran agama seperti ateisme, agnostisme, tidak beragama, maupun kepercayaan-kepercayaan lain. Dalam membahasnya saya tidak tertarik untuk membahasnya satu persatu, saya menggunakan pendekatan sistematis untuk membedahnya. Sebagai contoh saya tidak membahas satu persatu kepercayaan yang ada di pedalaman Afrika maupun Amerika, cukup dengan melihat dalam satu tema "kepercayaan" dan metodologinya maka secara otomatis saya telah membahas semua kepercayaan itu tanpa membahasnya satu persatu.

Pembahasan pertama, saya memperoleh tulisan dari internet:

Born, dead, and reborn. Isn’t that the nature of this universe? We are recycled from what existed before. Human chronological age might say I probably have another 50 years of life before death. It’s not death that I’m afraid of, but being clueless about what I have to do with those years before. What differs living from dying is the illusion of having a life

Pembahasan: Secara kasat mata kita bisa mengetahui manusia memang dilahirkan kemudian mati, lalu darimana orang bisa tahu apa yang akan terjadi setelah kematian kalau bukan dari agama? Bisakah manusia mengetahuinya dari pikirannya sendiri? Bukankah bila menggunakan pikiran itu hanyalah menduga-duga dan meraba-raba mengenai sesuatu yang tidak pasti? Baik, kita kerucutkan dengan bilang bahwa mau tidak mau, manusia perlu agama untuk menjawab apa yang akan terjadi setelah manusia mengalami kematian, dan ternyata agama-agama yang ada mempunyai penjelasan yang berbeda-beda dalam hal ini. Jadi yang menjadi pertanyaan dalam tulisan itu adalah bagaimana penulisnya bisa mengetahui bahwa setelah manusia mengalami kematian mereka akan dilahirkan kembali? Lalu dilahirkan kembali seperti dalam konsep agama Hindu-Buddha atau agama Kristen-Islam?

Pembahasan kedua, tentang tulisan berikut ini:

They might as well say things like “We all have our own problem. You should feel grateful for there are others less fortunate than you”. Are you insane? How dare you people comparing one life to another, assuming one is more blessed than the other? Am I supposed to feel better knowing there are other people who experience worse than I do? I know I’m stupid, but not enough to be fooled like that. That kind of view might work for people who feels happy seeing others unhappy.

Pembahasan: Membaca ini saya teringat dengan sebuah hadits yang menganjurkan orang agar selalu bersyukur yaitu dengan melihat ke bawah bukan melihat ke atas. Dengan melihat ke bawah orang akan lebih menghargai anugerah yang telah diterimanya. Lain halnya bila orang melihat ke atas maka ia akan membandingkan anugerah yang dimilikinya dengan yang lebih besar sehingga ia akan menganggap anugerah yang dimilikinya menjadi kecil sehinggal hal itu bisa menghalanginya untuk bersyukur. Kita mengenal adanya pelapisan sosial di masyarakat yang menunjukan ada tingkatan di antara orang-orang. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Dalam Islam, semua yang manusia miliki merupakan anugerah dari Allah. Anugerah tersebut bukan ada dengan sendirinya akan tetapi diatur dan ditetapkan oleh Allah sebagai ujian bagi manusia mana diantara mereka yang lebih baik perbuatannya, apakah ia gunakan untuk kebaikan ataukah digunakan untuk kejahatan maka masing-masing dari pilihan itu ada akibat-akibatnya. Jadi jelas dalam Islam semua anugerah adalah ujian, bukan pertanda pemuliaan. Nilai manusia bukan diukur dari anugerah yang dimilikinya -sebab anugerah itu hanyalah ujian- akan tetapi ketakwaannya. Bukan kaya atau miskin yang membuat manusia menjadi mulia melainkan ketakwaannya.

Pembahasan ketiga, mengenai tulisan ini:

They refused to believe in religion when it is more than just metaphors or stories from the past taugh to guide human life ... lacking of proof was his justification … science was used to question things ... if we use science to find the truth it will just lead to another question

Pembahasan: Demikianlah penulisnya bercerita bahwa ia mempunyai dua teman yang mempunyai respon yang berbeda pada isu yang sama, yang satu menolak untuk percaya agama karena menurutnya masih kekurangan bukti, sementara yang lain meragukan kemampuan sains dalam menemukan kebenaran yang hanya akan membawa pada sikap kebimbangan karena tidak mampu menemukan jawaban yang dicari ... Untuk yang pertama itu perlu dirinci yaitu agama mana yang masih lemah dalam pembuktian? Apakah ia sudah mempelajari semua agama sehingga ia dapat menyimpulkan sedemikian itu? Kalaupun sudah meneliti semua agama maka seberapa akurat ia dalam menarik kesimpulan? ... Untuk yang kedua itupun perlu dirinci yaitu bidang mana dari hasil pencarian sains yang melahirkan polemik? Sebagaimana sains telah membuktikan bahwa bumi bulat, maka apakah dianggap bila ada polemik yang mengganggap bumi ini datar? Bila yang dimaksud kebenaran itu di bidang kebenaran agama, maka antara sains dan agama sama-sama berargumen pada fakta, karena itu orang harus bisa membuktikan pertentangan antara sains dengan agama untuk mengetahui mana diantara keduanya yang sesuai dengan fakta ... Kita tidak perlu bertanya apakah sains bisa membuktikan keberadaan Allah karena penulisnya sendiri sudah menyatakan sikapnya I never doubted the Almighty and I believed entirely in the divine destiny yang menunjukan ia adalah seorang yang percaya dengan keberadaan Allah, bahkan ia pun percaya dengan takdir.