Minggu, 02 Agustus 2015

Feminisme Liberal Digugat

Laki-laki tidaklah sama dengan perempuan adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh semua orang sehingga menyamakan keduanya tidaklah tepat. Agama telah mengatur hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, diantaranya memang ada yang sama, tetapi ada juga yang berbeda. Aturan yang telah ditetapkan dalam hukum agama tentu saja sesuai dengan tabiat dasar manusia, mendatangkan maslahat dan menghindari mudarat. Aturan tersebut bukan untuk meremehkan perempuan, melainkan agar segala sesuatu ditempatkan pada posisinya yang tepat dan memadai. 

Feminisme liberal bertanggung jawab terhadap meningkatnya angka perceraian, single parents, broken home, family disruptions, dan juvenile delinquency. Selain itu juga mengambil perempuan dari rumahnya untuk diberdayakan dan dieksploitasi di pabrik, kantor, toko, pasar, bahkan jalanan. Perempuan karir memperoleh beban ganda karena pekerjaan dan rumah tangga. Sosialisasi anak juga menjadi terhambat karena diambil alih oleh perempuan lain seperti pengasuh anak. 

Mengenai pernikahan dini maka perlu diketahui bahwa pernikahan dini terjadi melalui persetujuan dari wali atau orang tuanya. Mereka yang melakukan pernikahan itu keadaannya baik-baik saja, tidak ada penyesalan baik dari pelakunya maupun dari wali atau orang tuanya. Lalu bagaimana ketika mereka baik-baik saja kemudian dikriminalisasi oleh sekelompok orang? Kalau ditemui ada pernikahan dini yang bermasalah, maka pada pernikahan biasa juga ada sehingga tentu tidak bisa digeneralisasi sebagaimana pada pernikahan biasa juga tidak bisa digeneralisasi. 

Sebagian orang yang menamakan dirinya sebagai haluan feminis menolak poligami dengan alasan data statistik bahwa laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Untuk membantahnya adalah sebagai berikut. Data statistik hanya memaparkan jumlah penduduk pada waktu tertentu, bisa berubah-ubah sesuai dengan berjalannya waktu. Memang data statistik ada yang menunjukan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Akan tetapi perlu juga ditelusuri mengenai data kesiapan laki-laki dan perempuan dalam pernikahan, bukan semata-mata jumlah laki-laki dan perempuan. Bisa jadi dlihat dari jumlah keseluruhan, perempuan lebih sedikit daripada laki-laki. Akan tetapi dilihat dari kesiapan dalam pernikahan, jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki sehingga solusinya adalah poligami. Data statistik itu bisa berubah-ubah dan berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Karena itu, yang menjadi acuan adalah data kesiapan laki-laki dan perempuan untuk menikah, bukan hanya data jumlah laki-laki dan perempuan.


Tidak ada komentar: